Bunga Tabur di Malam Jumat Peluang Sumber Penghasilan

Kudus, Dupanews.id – Ritual tabur bunga setiap malam Jumat di komplek pemakaman umum, sudah mentradisi bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Tapi tidak semua daerah/kabupaten/kota memiliki bunga tabur sendiri, sehingga harus mendatangkan dari daerah lain.
Salah satu contohnya adalah warga di Kabupaten Kudus. Lebih khusus yang tinggal di perkotaan. Misalnya warga yang hendak nyekar-tabur bunga di pemakaman umum Kaliputu.
Baca Juga : Bunga Mawar Lambang Penghormatan
Sebagian besar warga yang hendak nyekar, lebih dahulu mampir membeli bunga tabur di sepanjang Jalan Sosrokartono. Tepatnya di seputar lampu lalulintas sisi kiri(barat) dari arah selatan. Ada pula yang mangkal di seputar komplek makam.
Bunga tabur yang didominasi bunga mawar warna merah dan putih ini harus didatangkan dari Bandungan Ambarawa. Begitu pula jenis bunga lain- termasuk banyak jenis bunga yang khusus untuk perhelatan hingga untuk asesoris di seputar mimbar tempat peribadatan (gereja utamanya).
Kenapa warga Kudus tidak berusaha mencoba mandiri di bidang ini. Mengingat kondisi alamnya tidak terlalu berbeda jauh dengan Bandungan dan sekitarnya. Terutama di daerah “atas” wilayah Kecamatan Dawe dan sebagian wilayah Kecamatan Gebog.
Baca Juga : Abang Becak Mulai Bisa Tertawa Meski Harus Mengayuh Sejauh 1.200 Meter
Kedua wilayah kecamatan tersebut merupakan daerah pegunungan Muria dan Rahtawu . Dengan ketinggian antara 600 – 1000 meter di atas permukaan laut. Sedang tinggi Gunung Muria itu sendiri tercatat 1.605 meter,
Di wilayah Kecamatan Dawe dan Gebog, nyaris tidak ada yang berusaha di bidang “perbungaan”. Warga lebih tertarik untuk menanam kopi, pisang byar ( tanduk), jeruk pamelo, alpukat, parijotho dan sebagainya. Sejumlah jenis bunga anggrek khas Muria juga tidak ada upaya untuk mengembangkan dan melestarikan.
Budidaya bunga mawar khususnya dan berbagai jenis bunga lainnya- termasuk aneka jenis sayuran yang juga masih harus mendatangkan dari luar daerah, sangat terbuka untuk ditrapkan di Kudus. Sebagai salah satu bentuk-upaya untuk menggali sumber penghasilan baru.
Baca Juga : Harga Cabai di Kudus Tembus Rp 28.000 – Rp 105.000 per Kilogram
Alih fungsi lahan dari pertanian ke non pertanian yang begitu gencar di Kabupaten Kudus , perlahan tapi pasti semakin memprihatinkan . Bahkan sudah menjadi ancaman serius Tidak kurang dari 3.000 hektar lahan yang sudah alih fungsi dalam 20 tahun terakhir. Terutama yang menyolok untuk pembangunan perumahan.(sup)