Persiku Ajur Mumur, Babak Belur, Ambyar

Kudus, Dupanews.id – Ajur mumur. Babak Belur, Teruslah Membual. Without fans is nothing ( tanpa fans/suporter bukan apa apa). Itulah sejumlah tulisan di atas kertas putih ukuran folio dan jumlahnya lebih dari 100 lembar, “menghiasi” kantor Sekretariat Persiku di komplek Gedung Olah Raga (GOR) Wergu Wetan.
Sebuah bentuk kekecewaan yang dilampiaskan suporter macan muria, terhadap jajaran pengurus, manajer dan pelatih, atas “babak belurnya” Persiku Macan Muria Kudus, saat mengikuti babak penyisihan Liga 3 Jawa Tengah. Dari empat kali bertanding, hanya sekali bermain seri dan tiga kali kalah. Cuma mengantungi nilai satu dan berada di jurukunci klasemen akhir Grup A.
Ratusan suporter sempat mengantar tim kebanggaan saat hendak menuju Pemalang pekan lalu. Meski hanya sebatas dari kantor sekretariat hingga jembatan Tanggul Angin – perbatasan Kudus – Demak. Sebuah bukti kecintaan mereka terhadap tim “Macan Muria”.
Berbagai “tulisan” yang tercetak rapi tersebut masih sangat sopan. Tidak ada corat coret dengan cat warna warni. Tidak ada unjukrasa. Dibanding saat mereka “melabrak” Sunarto, manajer Persiku Liga 3 pada tanggal 11 Februari 2020.
Sunarto sempat pulang ke rumah, namun dijemput paksa untuk kembali ke halaman Pusat Belajar Guru (PMG), yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Ia hanya mengenakan sarung dan berjanji untuk mengantarkan Persiku naik kasta ke Liga 2.
Meski sempat memilih Hartono Ruslan sebagai pelatih dan sempat pula beberapa kali berlatih. Bahkan sudah mengontrak rumah untuk para pemain. Namun berhubung ada “ontran ontran “ di tubuh KONI Kudus, perjalanan Sunarto dan Hartono kandas di tengah jalan. Atau belum sempat mengikuti kompetisi.
Manajer dijabat Ferdaus Ardiansah (Ardi) – yang sebelum juga sempat bersaing dengan Sunarto- meski akhirnya kalah karena “nilainya” 705. Sedang Sunarto 735. Perjalanan awal Ardi tergolong mulus.
Baca Juga : Persiku Jr Siap Buka Komunikasi dengan Stakeholder Sepakbola di Kudus
Ardi yang awalnya juga dijagokan sebagai Ketua KONI, langsung menunjukkan kinerjanya. “Membangun” kantor Sekretariat Persiku di komplek GOR Wergu Wetan. Dengan dilengkapi tulisan dan ornament menarik. Memilih –mengangkat pelatih Persiku Liga 3 Cuncun Sulistiyo. Kemudian menggelar seleksi pemain.
Setelah terpilih 23 pemain ditindak lanjuti dengan mentrapkan program latihan. Termasuk digembleng di komplek bekas Bumi Perkemahan Pramuka di Menawan. Mental maupun phisik, yang ditangani antara lain dari anggota Kodim 0722.
Selesai “ di kawah “ condrodimuka, pemain “diperkenalkan” kepada publik di sebuah hotel berbintang. Dihadiri Bupati Kudus, Hartopo dan jajaran pejabat tinggi di kabupaten Kudus. Berjalan sukses dan meriah.
Semuanya serba optimis Persiku Macan Muria bakal lolos hingga bertengger di Liga 2. Meski Ardi harus merogoh koceknya sendiri untuk membiayai tim dan belum tentu dapat ijol dari APBD. Apalagi APBD Perubahan 2021 Kudus tidak disetujui Gubernur Jawa Tengah.
Bupati Kudus Hartopo memang pernah menyatakan telah mengalokasikan anggaran untuk KONI sebesar Rp 3 miliar. Dan konon Asosiasi kabupaten (Askab) PSSI kabupaten/kota “hanya “ akan memperoleh bagian Rp 500 juta. Itupun tentu saja akan dibagi bagi untuk tim Persiku senior, Persiku yunior, serta biaya lainnya. Padahal Ardi disebut sebut sebut telah mengeluarkan uang pribadi lebih dari Rp 500 juta.
Baca Juga : Masa Depan Persiku ukurannya Festival sepakbola U-10
Kegagalan Ardi dan Cuncun- sebenarnya bukan hal yang mengejutkan. Sebab ketika Persiku Liga 3 ditangani pelatih Subangkit dan diguyur dengan dana segar Rp 3 miliar termasuk mendatangkan pemain dari luar daerah, juga kandas. Meski masih mending lolos di babak penyisihan dan memapaki babak 10 besar.
Lalu carut marut proses pemilihan Ketua KONI dari Anton hingga Imam Nuryanto, aroma politik, aroma “gedung rakyat” hingga “ gedung kabupaten” cukup menyengat. Termasuk “kebijaksanaan” memberikan dana hibah kepada KONI sebesar Rp 1 miliar- untuk 48-49 cabang olahraga.
Bagi mereka “ sebagai pemegang kendali” Persiku harus berani bertindak radikal dan profesional dalam banyak hal. Harus pula berkaca diri, bahwa Persiku tidak lagi sebagai jagoan. Hanya menyandang nama besar, namun bagai “macan ompong dan loyo”. Kekuatan sepakbola sudah bergeser ke daerah lain. Evaluasi total- jika tidak mau semuanya menjadi ambyaar.(Sup)