
Kudus, Dupanews.id – Sendang Kamulyan di Dukuh Pranak Desa Lau Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, tidak hanya dijadikan tempat ngalap berkah”. Tetapi juga dijadikan tempat rekreasi, mandi, cuci tangan hingga untuk irigasi.
Lokasinya tidak sulit ditemukan. Dari arah jalan raya Kudus – Colo kilometer 11, belok ke kanan. Menyusuri jalan aspal. Setelah melewati jembatan dan beberapa ratus meter kemudian tiba di lokasi. Jaraknya sekitar 1, 5 kilometer.
Juga bisa ditempuh melalui pertigaan jalan dekat Pasar Piji. Lalu belok ke kanan. Sampai di jembatan- pertigaan jalan- tugu , belok kiri. Lurus sekitar satu kilometer ada pertigaan, belok kiri. Kemudian jalannya naik turun, berkelak kelok.
Sendang atau mata air Kamulyan berada di bawah naungan beberapa pohon beringin berdaun lebat, tinggi dan besar. Ditambah sejumlah pohon besar lainnya.
Lalu terdapat sebuah bangunan(rumah kecil), berlantai keramik warna putih. Di sudut kiri belakang di dalam rumah terdapat nisan yang zebagian diantaranya ditutup mori warna putih, Seputar nisan berpagar besi dan ada pintunya. Terlihat pula beberapa lembar tikar.
Sedang beberapa meter samping kanan rumah terdapat undhak –undhakan, yang berfungsi untuk turun naik ke sendang. Dan sendang itu sendiri sudah berdinding tembok dan terbagi menjadi dua bagian. Satu ruangan khusus untuk peremuan dan satunya lagi untuk pria, Kemudian di depan sendang dibangun saluran air yang mengalir kea rah kanan dan kiri.
makam- petilasan di komplek sendang Kamulyan foto sup Kades Lau Rawuh Hadiyanto foto sup
Nah kondisi seperti itulah yang menjadikan komplek Sendang Kamulyan nampak asri, teduh, sejuk, nyaman, sehingga pengunjung betah berlama lama di lokasi ini. Apalagi di seberang depan terlihat kebun pisang yang ijo royo royo.
Baca juga : Bupati Kudus Dapat Apresiasi karena libatkan Disdukcapil dalam Vaksinasi
Menurut Kepala Desa Lau, Rawuh Hadiyanto dalam perbincangan santai di ruang kerjanya, Selasa ( 12/10/2021), sendang itu kemungkinan besar sudah ada sejak zaman kewalian ( Sunan Kudus, Sunan Muria).. “Sebelum dibangun tembok permanen, lebih dahulu disekat dengan dinding bambu. Namun masih ada pengunjung yang usil- khususnya kaum pria, Yang nginjen ( melihat secara diam-diam), melalui celah celah lobang kecil untuk melihat ruang sebelah khusus wanita. Terutama yang sedang mandi. Sedang batu nisan itu belum ada bukti sebagai tanda bagi orang yang meninggal. Atau sekedar petilasan saja. Itu terserah kepada kepercayaan masing masing warga yang datang ke sana “ ujarnya.
Nah sendang Kamulyan, yang bisa diartikan kemuliaan, agung, hingga kehormatan inilah, yang akan disodorkan pihak Pemerintahan Desa (Pemdes) Lau kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Budpar) Kudus untuk dikaji apakah layak untuk dijadikan obyek wisata. Termasuk alam dan lingkungan. “Pohon dan buah durian yang dipasarkan di seputar Dawe dan sekitarnya sebenarnya berasal dari desa kami, Namun umumnya warga lebih mengenal durian Pelang (nama dukuh di Desa Rejosari, beberapa kilometer dari Lau). Saya sudah berkoordinasi dengan Bu Tika ( Mutrikah, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Budpar Kudus). Beliau dan staf akan ke sini pekan ini. Kami berharap Desa Lau bisa dijadikan Desa Wisata.” Tambah Rawuh Hadiyanto.
Tika sendiri yag ditemui terpisah membenarkan hal itu. “Kami tinggal menunggu undangan Pak Kades “ ujarnya singkat. Dan beberapa tahun tahun lalu, Desa Lau sempat dijadikan ajang pameran bonsai dan suseki tingkat Jawa Tengah. Selain memiliki sejumlah tanaman yang potensial untuk “dibonsai”, juga banyak warga yang berkiprah di bidang ini. Meski baru sebatas hobi-kesenangan saja.
Baca juga : Jagong Gayeng Membahas Potensi Kabupaten Kudus Di Berbagai Sektor
Secara garis besar Desa Lau yang ternyata berpenduduk sekitar 11.000 jiwa ini, memiliki banyak hal yang bisa dijadikan modal sebagai daerah tujuan wisata. Lalu juga ditunjang sebagai salah satu jalur utama desa wisata Colo dan sekitarnya. Termasuk dana desa juga lumayan tinggi, yang juga bisa dijadikan modal untuk mencapai cita cita sebagai desa wisata.(Sup)