Budaya

Paseksen Pernikahan Adat Samin, Toto Gauto Sikep Rabi

Share

KUDUS, Dupanews – Prosesi paseksen,  adat perkawinan warga Samin,  Diawali dengan acara pembukaan  dengan sambutan tuan rumah, menggunakan  ”bahasa Samin”. ” Kula  gadhah kondho, kulo duwe karep nyeksekakei, miturut kandane gawene wis dilakoni, sampeyan kulo ken nyekseni” . Atau terjemahan bebasnya, permohonannya pada para tamu undangan untuk menyaksikan pernyataan menantunya bahwa mereka berdua telah melaksanakan toto gauto sikep rabi (berhubungan suami isteri).Kemudian dilanjutkan pernyataan dari pihak laki

Acara diteruskan dengan  brokohan (selamatan, walimahan), dengan diawali doa yang dipimpin sesepuh Samin: sepisan: kulo niat brokohan, kulo ditatah ken nglahirake niat Brokohan mugi becik ngajeng lan wingkinge, kapindo: jejodohan disekseni sedulur sedoyo, seger waras, kaping telu: brokohi danyange mugi sae, awal ngantos akhire. (Saya dimintai tuan rumah memimpin doa brokohan (slametan pasca-paseksen) semoga kemanten/ pengantin berdua sehat dari awal hingga akhir hayat).

 Menurut Budi Santoso, salah satu tokoh Sedulur Sikep(Samin) di Undaan Kudus prosesi paseksen dilaksanakan setelah tahap nyuwito dan keduanya telah berhubungan suami-isteri dan sebelum mengandung.

 Bila perkawinan kedua mempelai asalnya orang Samin, maka dilakukan nyintreni. Prinsip orang Samin dalam kawin: diblabar kawat siniwer janur kuning. Nak jero ora keno metu, nak jobo keno mlebu, nek jero metu aku ora nanggung. (dirintangi sebesar apapun tetap mempertahankan ajaran Ki Samin. Bila orang Samin tidak boleh meninggalkan ajaran Samin, bila orang non-Samin kawin secara Samin bisa menjadi Samin. Bila orang Samin kawin secara non-Samin menjadi non-Samin bukan tanggungjawab kami lagi).

 Lalu menurut penulis buku Samin Kudus yang berprofesi Dosen STAIN Kudus, Moh  Rosyid, ,tahapan perkawinan Samin meliputi nyumuk, ngendek, nyuwita, paseksen, dan tingkep. Nyumuk; kedatangan keluarga (calon) temanten/pengantin putra jika si gadis belum memiliki calon suami (legan) selanjutnya dilakukan ngendek (menyunting).

 Nyuwita (hari perkawinan) diawali ijab kabul di hadapan mempelai, wali (orangtua), saksi (saudara), disertai mas kawin, dengan prinsip meneruskan keturunan (wiji sejati, titine anak Adam). Setelah pasuwitan pengantin putra hidup bersama istri dan keluarganya (ngawula). Selama ngawula pengantin putra mengerjakan pekerjaan mertua. Setelah keduanya berhubungan suami-isteri, mereka mendeklarasikan pada kedua orangtuanya dan disaksikan  kerabat pada forum paseksen.Paseksen, ungkapan kemanten putra di hadapan orang tua dan mertua yang dihadiri kemanten putri, keluarga, dan tamu undangan (warga Samin dan non-Samin) bahwa dirinya telah bersenggama (kumpul). Setelah hamil pada usia 7 bulan, dilakukan tingkepan; slametan (brokohan) agar bayi terlahir sehat.(sup)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button