Embung Plumbungan Dirubah Fungsinya Sebagai Daerah Wisata

Kudus, Dupanews.id – Embung Plumbungan di Desa Gondoharum Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus, kini ditangani Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) dan juga ditawarkan kepada pihak investor.” Sebab embung ini sampai sekarang belum berfungsi. Kalo musim kemarau air habis . Hanya mengandalkan hujan karna tidak ada suplai air dari luar.Fungsinya hanya resapan tidak bisa untuk pengairan.Rencana ke depan mau ditata Bumdes untuk wisata” ujar Kepala Desa Gondoharum ,Kasmiran, Jumat (25/2/2022).
Embung yang terletak di seberang jalan raya depan kantor desa. Atau sekitar 750 meter dari jalan raya Kudus- Pati kilometer 13 ini Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali pada tahun 2019 dengan volume 54.000 meter kubik.
Direktur Bumdes Gondoharum, Khariroh yang ditemui terpisah membenarkan embung yang berada di lereng Bukit Patiayam akan ditata sedemikian rupa sebagai daerah tujuan wisata.” Tahun ini akses jalan akan dibangun, karena kondisinya lumayan rusak berat Jalan itu tidak hanya sampai di komplek embung yang berjarak sekitar 750 meter, tapi juga bisa tembus ke pedukuhan warga Kaliwuluh” tuturnya.\
Setelah jalan itu terbangun, perempuan energik, pemilik rumah makan Bambu Wulung di jalan raya Kudus- Pati, juga telah merancang seputar embung dijadikan kawasan kuliner khas Kudus” Seperti soto , pindang daging ayam dan kerbau. Opor ayam, garangasem, hingga aneka jenang dan sebagainya. Jadi begitu memasuki komplek ini setiap pengunjung tinggal memilih menu yang disukai. Kami akan menyediakannya secara komplit”tambahnya penuh semangat.
Bahkan akan dibangun pula bumi perkemahan hingga kawasan ternak kambing dengan produksi susunya. Termasuk panggung seni dan budaya. “ Semuanya itu menyatu pada kawasan seluas 8 (delapan) hektar dan tanahnya milik desa.Saya pikir ini cukup memadai,” tutur Khariroh lagi.
Mengingat untuk membangun kawasan embung menjadi kawasan wisata, maka dibutuhkan investor dari lokal Desa Gondoharum, dari Kabupaten Kudus maupun dari luar wilayah. Bisa patungan dan kerjasama dengan Bumdes setempat.

Kondisi embung Plumbungan saat ini hanya terisi air sekitar 5.000 – 10.000 meter kubik. Padahal daya tampungnya 54.000 meter kubik. Pengisian air sepenuhnya menggantungkan curah hujan. Dan hanya terlihat sebuah selokan permanen berukuran lebar kurang dari setengah meetr dari arah atas (bukit) menuju embung. Selain itu saluran air yang berada di pojok kiri embung ( sisi utara) separo diantaranya sudah tertutup tanah.
Sementara terlihat di bagian depan sebuah gazebo kecil yang masih layak huni dan bekas papan nama embung. Tidak terlihat papan nama proyek. Kecuali sebuah “prasasti “ bertuliskan Embung Plumbung Kab Kudus BBWS Pemali Juana TA 2019 dan logo Kementerian PUPR.
Di sekeliling pagar embung berupa paving dengan lebar sekitar dua meter dan kondisinya masih lumayan baik. Lalu di sisi luar pelataran paving ini nampak ditanami puluhan bibit penghijauan- yang relatif masih kecil. Dan tidak “dilindungi” dengan “keranjang” bamboo, sehingga rawan dimakan hewan atau rusak karena tangan jahil.
Sedang di sisi utara embung nampak sebagian Bukit Patiayam, yang sebagian besar dalam kondisi gundul. Saat musim penghujan nampak menghijau, sehingga memerindah pandangan alam. Bukit Patiayam yang memanjang sejak dari seputar waduk Logung- Desa Tanjungrejo- Klaling, Terban- Gondoharum (Kabupaten Kudus) hingga sebagian wilayah Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati juga dikenal sebagai Situs Patiayam. Dengan kandungan fosil manusia purba, berbagai jenis hewan yang berumur 1- 1,5 juta tahun lalu.”Jika diijinkan saya akan pelihara beberapa ekor buaya di dalam embung sebagai salah satu daya tarik wisata sekaligus juga pelestarian satwa,” ujar Khariroh mengakhiri penjelasannya.(Sup)